Islam Profetik dan Islam Klerik


Kenapa masyarakat muslim dahulu lebih tertarik pada tasawuf dibandingkan diskusi ilmu Kalam ? 

Karena tasawuf berhasil mengembalikan peran agama sebagai penggerak perubahan, utamanya perubahan diri dan masyarakat. 

Dakwah tasawuf berhasil menggugah hati banyak orang yang tadinya lalai menjadi ingat Allah, tadinya maksiat manjadi taat. Banyak yang hijrah di tangan dakwah tasawuf. Bahkan tasawuf adalah gerakan di balik islamisasi besar-besaran misalnya di Asia tengah dan Asia tenggara.

Gerakan dakwah yang fokus pada perubahan, adalah gerakan dakwah Profetik. Prophet artinya nabi. Semua nabi diutus sebagai penggerak perubahan. Tidak ada nabi yang menjadi pendeta dengan pengertian sebuah lembaga mapan otoritatif. Bahkan seringkali nabi berhadapan dengan lembaga kependetaan, atau, Klerik. 

Nabi Musa 'alaihissalam menghadapi para penyihir yg di istana Fir'aun diperlakukan seperti Agamawan. 

Nabi Isa 'alaihissalam menghadapi majelis pendeta Yahudi. 

Rasulullah صلى اببه عليه وسلم menghadapi pelestari berhala dan para pendeta Yahudi Madinah.

Klerisme di masyarakat muslim ditandai dengan terlembaganya secara otoritatif 'ortodoksi' yang mapan ditandai dengan 'resminya' ahlussunah wal jama'ah sebagai Mazhab aqidah mainstream dan fikih empat mazhab sebagai Mazhab fikih mainstream.

Apakah itu salah? Tentu tidak. Khilafah di masa lalu perlu lembaga otoritatif untuk menjaga agama, hifdzud diin, sebagai salah satu maqashid syariah. Namun, jika agama hanya berorientasi 'menjaga dan bertahan' saja tanpa ada sifat progresif untuk perubahan, yang terjadi adalah mengentalnya ta'ashub. Bentrok pengikut antar Mazhab pun terjadi di masa itu, dan bahkan hingga kini dalam beragam levelnya (serangan lisan, bokiot pembangunan masjid dsb).

Nah, tasawuf datang mendamaikan itu dengan menampilkan Islam yang Profetik, Islam yang kembali pada misi kenabian sebagai penggerak perubahan. Tentu para sufi itu secara Kalam berafiliasi kepada ahlussunah wal jama'ah juga dan bermazhab fikih di antara empat itu, namun dalam gerak di lapangan mereka menempatkan diri bukan sebagai penjaga Mazhab belaka, melainkan duat yang berupaya agar Islam dapat menggerakkan perubahan dalam diri dan masyarakat.

Nah sayangnya di hari ini, para pewaris 'penjaga Mazhab' ini telah menjelma menjadi Islam yang Klerik, kependetaan, fanatik otoritas. Maka ketika hari ini marak gerakan-gerakan dakwah yg berorientasi perubahan, sebagaimana tasawuf jaman dulu yang kini diperankan oleh aktivis-aktivis harokah, yang menarik kaum muda untuk hijrah, yang menghidupkan kembali kajian-kajian ilmu, yang memberi inspirasi bagi banyak masyarakat yang selama ini kehilangan ruh profetik dari ajaran agama Islam yang mereka terima, yang mulai menarik para kafir untuk belajar Islam, serta merta para Klerik ini pun menampilkan reaksi yang paranoid dan overprotektif.

Misalnya dengan aksi-aksi pembubaran pengajian, boikot mubaligh, disertai serangan lisan dengan melempar stigma Wahabi, kadrun, anti Pancasila dsb, lalu mengatakan 'kami ahlussunah! Kami Aswaja!'. .

Maka jangan salahkan awam yang mulai tertarik pada gerakan Islam yang Profetik karena melihat sifat kekanak-kanakan mereka yang Klerik dan berbondong-bondong menghadiri kajian-kajian mereka. Jangan salahkan ketika awam menyangka reaksi berlebihan itu tidak lain lahir dari sifat "hasad" karena merasa lahannya direbut, jamaahnya diambil, atau ujung-ujungnya ya, masalah cuan belaka, dan akhirnya awam berbondong-bondong meninggalkan mereka.

Lucunya, sebagian yang berposisi di kalangan Klerik itu adalah mereka yang menisbatkan diri kepada tasawuf. 

Lho tasawuf kok jadi Klerik ? Itu sudah menyimpang dari khittah tasawuf sebagai penggerak perubahan yang Profetik.

Ada yang mau berkomentar ? Monggo.

✍🏻 : Karawang, 02 September 2023
📱Grup WA : Klik Disini
📪 Telegram : Klik Disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syaikh Abdullah Al-Bukhari; Parenting Muslim

Berhenti Belajar Agama Sebab Bekerja ?

MANHAJ KOKOH