Anak Kecil dalam Islam


Sahabat Mahmud bin Rabi' bercerita :

عَقلتُ من النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ مَجَّةً مجَّها في وجهي وأنا ابن خمس سنين من دلوٍ

"Saya masih ingat betul; Nabi Muhammad menyemburkan air (melalui mulut) dari ember ke wajahku. Saat itu, saya masih berusia 5 tahun"

📚 : [ HR Bukhari no.77 ]

Hebat dan luar biasa.

Nabi Muhammad ﷺ benar-benar dekat dan akrab dengan anak-anak kecil. Tidak ada ruang berjarak. Tanpa tembok penyekat. 

Beliau mengerti ; anak-anak adalah generasi penerus perjuangan. 

Ikatan dan jalinan harus dikawal sejak dini. Pesan-pesan kehidupan sudah ditransferkan seawal mungkin. Anak-anak adalah identitas kita.

Coba bayangkan, bagaimana sosok Nabi ﷺ sebagai pribadi agung dan mulia, menyempatkan bercanda dan bermain dengan anak-anak kecil. Main-mainan air.

Ingat, hal itu tidak mengurangi wibawa beliau sedikit pun.

Bahkan, momen indah itu melekat kuat dalam kenangan. Setelah berlalu waktu, tetap saja sulit dilupakan.

Sedihnya adalah ketika anak-anak kita - suatu saat kelak -, kebingungan menjawab, 

"Kenangan apa yang masih engkau ingat dari ayahmu?"

Imam Ibnu Aqil rahimahullah dalam kitab 📚 : [ Al Adabus Syar'iyyah 
3/228 ] bertutur, 

"Orang bijak itu ; jika sedang bersama anak-anak kecil, ia akan bersikap seperti anak kecil juga. Di momen semacam itu, ia menghindari sikap serius"

Benar. Demikianlah semestinya. Selalu menyesuaikan situasi. Sedang bersama siapa kita? Bukankah sedang bersama anak-anak?

Keberhasilan pendidikan dapat ditandai dengan seberapa banyak momen manis yang diingat anak. Bukan justru cerita-cerita beralur trauma atau bernada sedih.

Firman Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surah Yusuf ayat 76 :

وَفَوْقَ كُلِّ ذِى عِلْمٍ عَلِيمٌ

Kira-kira, esok hari, apa yang diingat-ingat oleh anak-anakmu tentang dirimu? Kenangan indah atau cerita kelam?

Momen bersama anak jangan dilewatkan begitu saja. Saat anak-anak harusnya bercanda bahagia. Ketika mereka begitu senang saat diberi hadiah.

Dalam Kitab 📚 : [ Bab Keluarga Syarah al-Fiqh Muyassar (26/347-348) ] : menerangkan boleh bahkan dianjurkan untuk membagi-bagikan uang kepada anak-anak. "Termasuk kebiasaan positif ", terang fatwa tersebut.

Nah, ada sekian waktu hingga momen masih ada. Apa yang bisa kita berikan buat anak-anak?

Bukan hanya anak-anak sendiri. 

Ada banyak anak-anak yang memerlukan perhatian dari kita.

Jangan biarkan anak-anak itu kehilangan tawa. 

Sebagaimana, kita masih bisa tersenyum karena mengingat tawa di saat kecil dulu.

✍🏻 : Karawang, 25 November 2023
🏷️ Saluran WhatsApp : Klik Disini
📱Grup WA : Klik Disini
📪 Telegram : Klik Disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syaikh Abdullah Al-Bukhari; Parenting Muslim

Berhenti Belajar Agama Sebab Bekerja ?

MANHAJ KOKOH