Seperti Binatang

“Makan, minum, bekerja, dan berlibur”, begitulah kehidupan singkat tentang aktivitas dan pola pikir orang-orang umumnya.

Apa bedanya dengan kehidupan binatang ?

Allah berfirman :

 وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّيَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّيُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لاَّيَسْمَعُونَ بِهَآ أُوْلَئِكَ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ 

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi nereka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. 

📚 : [ QS. 7 : 179 ]

Allah juga berfirman ;

 وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ اْلأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ 

Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka. 

📚 : [ QS. 47 : 12 ]

Dalam kitab 📚 : [ Fathul Qadir, 5/32 ] Al Imam Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan,  

“Mereka bersenang-senang dengan kepuasan-kepuasan dunia seolah-olah binatang. Tidak ada yang dipikirkan kecuali urusan perut dan seksual. Mereka lalai dari pertanggungjawaban. Mereka tenggelam dalam buaian dunia”

Demikianlah! Kehidupan orang-orang tak ubahnya seperti kehidupan binatang. 

Apa yang mereka pikirkan ? Makan, minum, seksual, liburan, tidur, dan kesenangan-kesenangan duniawi lainnya. 

Tak terpikir oleh mereka, bahwa hidup di dunia bukan hanya bagaimana bisa bertahan hidup ? Tidak sebatas memenangkan kompetisi. Bukan untuk tetap survive di tengah-tengah persaingan global. Hal itu tidak masuk dalam agenda hidup mereka.

Sangat berbeda! Bahkan ibarat timur dan barat, orang yang beriman itu. 

Hidup di dunia sifatnya sementara. Bagai seorang perantau di negeri orang yang ada saatnya pulang ke kampung halaman. 

Ibarat musafir yang singgah sebentar di teduhnya bayang-bayang pohon yang mau tak mau harus melanjutkan perjalanan.

Hidup di dunia ada tujuannya, yaitu beribadah kepada Allah Ta'ala. Harus menggunakan fasilitas-fasilitas dunia untuk mencari kebahagiaan akhirat. Ia yakin adanya hari kebangkitan, hari perhitungan amal, hari pertanggungjawaban, dan hari pembalasan. Sekecil apapun yang ia perbuat, ada catatannya. Tak ada yang terluput.

Masih lebih baik lagi binatang! 

Sebab, binatang-binatang tetap bertasbih; memuji-muji Allah Ta'ala, walau kita tidak bisa memahami bagaimana bentuk tasbih mereka.

Di dalam Syarah Shahih Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad menjelaskan tentang semut-semut sebagai bangsa yang selalu bertasbih kepada Allah.

Bahkan di dalam Al Quran, ada 4 ayat menyebutkan burung-burung pun selalu bertasbih kepada Allah.

Kembali kepada dirimu, wahai Ummat Muslim.

Bagaimanakah hidup engkau jalani selama ini ? Apa yang engkau pikirkan untuk hari esok ? Janganlah hidup seperti binatang! 

Punya mata namun buta dari kebesaran Allah. Ada telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar firman-Nya. Diberi akal, lalu akal itu dipakai untuk apa ? Hatimu yang harusnya menjadi sumber kehidupan, kenapa justru mati ?

Janganlah hidup seperti binatang! Kerjamu hanya bagaimana bisa makan, minum, tidur, bermain, dan bersenang-senang. Jangan dan jangan seperti itu! 

Cukuplah dan berhentilah dari orientasi-orientasi dunia! Apakah belum tiba saatnya hati ini khusyuk tunduk kepada Allah ? Kalau tidak dari sekarang, mau kapan lagi dimulai ?

Mu'awwiyah bin Qurroh رحمه الله berkata,

أكثر الناس حسابايوم القيامة الصحيح الفاغ

Manusia yang paling banyak hisabnya (pada hari kiamat), adalah orang sehat yang banyak menganggur (tidak menggunakan waktu untuk hal bermanfaat)

📚 : [ Iqtidhaul 'Ilmil 'Amal, hlm. 103 ]

Thollabul 'ilmi merupakan salah satu bentuk hidayah yang Allah berikan kepada hamba nya, betapa banyak jutaan ummat islam saat ini asing dengan syariat bahkan yang dasar sekalipun.

Sekali lagi, banyak orang yang ngaji tapi ilmu nya tidak bermanfaat.

Maka jangan heran, ketika kita belajar agama di zaman ini akan ditertawakan dan disebut so 'alim.

Harus instropeksi diri dalam kehidupan, karena thullab mestinya membuat perubahan.

Perbaiki lagi niat untuk tunduk dan taat kepada Allah, juga menjaga ke ikhlasan.

Dan waktu itu sangat berharga. Yang paling banyak ditanya nanti di akhirat adalah waktu luang yang sia-sia.

Semoga Allah meng-Istiqomahkan kita diatas Syariat Islam ☝🏻

✍🏻 : Karawang, 31 Desember 2023
🏷️ Saluran WhatsApp : Klik Disini
📱Grup WA : Klik Disini
📪 Telegram : Klik Disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syaikh Abdullah Al-Bukhari; Parenting Muslim

Berhenti Belajar Agama Sebab Bekerja ?

MANHAJ KOKOH