Wanita, Ilmu Agama dan Semangat

 
Dikutip dari kitab 📚 : [ as-Syamil dan kitab Tajul A'ras juz 2, halaman 563 ],

Bahwa Khadijah al-Amudi menyalin kitab induk dalam bidang fikih, Syarah al-Minhaj, karya Syekh ad-Damairi yang terdiri dari 10 jilid besar. 

Di dalam catatan itu Khadijah al-Amudi berkata : 

"Semoga saya dimaafkan dan diberi toleransi oleh siapapun yang menemukan kekurangan (kesalahan) dalam tulisan ini, karena saya menyalinnya dalam keadaan menyusui anak balita".

Diceritakan juga di dalam kitab 📚 : [ al-Khat al-Arabi halaman 39 ],

Bahwa Maryam Abdul Qadir menyalin kitab induk dalam ilmu lughah, as-Shihah Taj al-Lughah wa Shihah al-Arabiyah, karya Ismail al-Jauhari yang terdiri dari 6 jilid besar. Dia berkata:

"Saya berharap kepada siapapun yang menemukan kelalaian di dalam tulisan ini agar mengampuni kesalahan saya, karena saya menyalinnya dengan tangan kanan yang terus menulis, sementara tangan kiri mengayun anak saya yang masih dalam buaian".

—Qultu : 

Bagi para pengkaji literatur turast Islam pasti bisa memahami betapa pentingnya manuskrip. Sebuah manuskrip lawas ditulis tangan dengan bolpoin zaman dulu yang tintanya blobor-blobor dan menggunakan lembaran-lembaran kertas yang sulit didapatkan karena harganya yang mahal. Setelah berabad-abad manuskrip tersebut baru dicetak menjadi sebuah kitab modern setelah diketik ulang oleh tim ahli yang bernama "muhaqqiq". 

Dari sebuah kitab yang sudah ditransmisikan menjadi literatur modern, ilmu-ilmu keagamaan yang terkandung di dalamnya bisa dinikmati oleh masyarakat umum hingga sekarang. Nah, berkat perempuan hebat seperti Syaikhah Khadijah al-Amudi dan Syaikhah Maryam Abdul Qadir beberapa kitab induk yang sangat penting dalam khazanah keilmuan Islam bisa sampai kepada kita dengan selamat dan utuh.

Dari cerita di atas dapat diambil beberapa faidah bahwa adanya isu tentang ketidakadilan gender di dalam ajaran Islam adalah sebuah pembohongan publik. Anehnya, kita seakan dipaksa percaya dengan rumor itu sehingga kita secara terus-menerus terbebani dengan tanggungjawab untuk melawannya dengan narasi-narasi lain yang seimbang. 

Sebetulnya letak kesalahan kita adalah kurangnya menyerap literatur keislaman tentang peran perempuan dalam perspektif Islam dan kurang tepatnya memposisikan peran laki-laki dalam hubungan gender dalam tataran praktis di masyarakat. Saya pikir literatur turast tentang tema terkait tidak sampai 20% saja yang mampu diserap oleh lingkungan muslim di Indonesia.

Lalu dimanakah 80% dari jumlah literatur dengan tema terkait disimpan?

Sebetulnya para ulama baik dari golongan laki-laki maupun perempuan sudah tahu tentang ketimpangan epistemologis ini. 

Tapi mereka juga sadar bahwa tidak semua ilmu bisa di-share ke publik begitu saja tanpa penyaringan budaya lokal yang sudah lama ada, "bagaimana jika sistem sosial justru menjadi amburadul gara-gara informasi itu? Bagaimana jika nanti para perempuan/laki-laki justru ngelunjak dan meminta lebih daripada kemampuan yang bisa diberikan oleh para lelaki/perempuan lokal? Bagaimana jika informasinya disalahgunakan oleh mereka yang hanya berpikiran pragmatis? Bagaimana nasib anak-anak mereka ketika sistem gender sosial berubah secara dramatis?" 

Dan masih banyak kekhawatiran lainnya.

Jadi, "kapitalisasi ilmu pengetahuan" terkadang memang diperlukan dalam wilayah publik, tetapi dalam ranah perbincangan sesama ulama tidak ada yang namanya kapitalisasi ilmu dalam bentuk apa pun karena sekat dari keilmuan Islam pada dasarnya terlalu luas untuk bisa dimonopoli oleh satu individu atau satu kelompok intelektual saja. Oleh sebab itu, pasangan rumah tangga yang sama-sama memahami literatur keislaman soal hakikat "laki-laki dan perempuan" sedikit kemungkinannya memperdebatkan hal-hal seputar gender atau semacamnya, kecuali jika salah satu dari pasangan tersebut memang berkepribadian toxit sejak awal.

—PENULIS— Bumi Sepuh Hafidzahullah

Disadur, dan dirapihkan di 

✍🏻 : Karawang, 22 Desember 2023
🏷️ Saluran WhatsApp : Klik Disini
📱Grup WA : Klik Disini
📪 Telegram : Klik Disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syaikh Abdullah Al-Bukhari; Parenting Muslim

Berhenti Belajar Agama Sebab Bekerja ?

MANHAJ KOKOH