Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

Rindu

Gambar
Dalam riwayat At Thabrani tentang seorang sahabat yang selalu merindukan Rasulullah ﷺ. "Wahai Rasulullah, sungguh Anda lebih aku cintai walau dibandingkan diriku sendiri. Sungguh, Anda lebih aku cintai meski dibandingkan keluarga dan hartaku. Sungguh, Anda lebih aku cintai dibandingkan anakku", katanya. Ia melanjutkan, "Sungguh, ketika aku sedang di dalam rumah lalu aku teringat Anda, aku tidak mampu menahan diri sampai aku bisa berjumpa Anda dan melihat Anda". "Saat aku tersadar bahwa aku akan mati dan Anda tentu wafat, Anda pasti masuk surga dan ditinggikan bersama para nabi. Sementara aku, jika pun masuk surga, aku takut tidak bisa lagi melihat Anda", ia meneruskan.  Nabi Muhammad ﷺ tidak memberi tanggapan apa-apa hingga malaikat Jibril turun membawa ayat berikut. وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئ

Abadi di Dunia

Gambar
Dunia ini memang mempesona dan sangat indah untuk dipandang dan dinikmati. Seandainya hari ini, Diberi kekayaan, ketampanan, kecantikan, kecerdasan, dan sehat Alhamdulillah. Nikmati kenikmatan dari Allah Ta'ala yaitu banyak bersyukur dengan apa-apa yang telah diberikan kepadaNya untukmu. Engkau diberi kekayaan, ketampanan, kecantikan, kecerdasan, kesehatan atau yang lainnya bukan untuk kesombongan atau utuk pamer kepada orang lain. Kenapa tidak boleh pamer? Karena semua yang engkau miliki di dunia itu akan sirna bersama dengan bergulirnya waktu. Itulah ciri dunia yang fana. Dimana ciri dunia bisa dilihat: - Kekayaan akan habis dikala penyakit menggerogoti - Ketampanan, kecantikan akan pudar manakala ketuaan datang menjelma - Kecerdasan akan hilang ketika kepikunan menyerang - Kesehatan akan tiada manakala tubuh mulai rontok satu persatu Dunia ini fana tidak abadi, Allah Ta'ala berfirman: مَتَاعٌ قَلِيلٌ “(Dunia) itu hanyalah kesenangan sementara.”  📚 : [ QS. Ali-‘I

Menunda Taubat

Seandainya kalau boleh melihat ke neraka ternyata kebanyakan jeritan dari para penghuninya itu adalah penyesalan mereka ketika di dunia karena menunda taubatnya. Berkata al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali رحمه الله تعالى : إذ كان الإنسان تسوؤه سيئته ويعمل لأجلها عملاصالحا كان ذلك دليلا على إيمانه "Jika seseorang merasa sedih karena dosanya dan dia beramal shaleh untuk menghapus dosanya, maka itu merupakan bukti atas ke imanan nya" 📚 : [ Fathul Baari : III/28 ] Bukankah sebenarnya masa lalu yang kelam itu bisa berubah menjadi cahaya terang bagi manusia manakala ia bertaubat atas perbuatannya. Seperti dulunya doyan berjudi, berzina, mabuk-mabukan, dan yang lainnya. Kemudian ogah melakukannya, bahkan mengganti dengan amalan yang baik. Maka kebahagiaan akan didapat dengan sempurna. Imam Syafi'i berkata,  "Kulihat dosa-dosaku seakan begitu besar. Tapi saat kusandingkan dengan ampunanMu, ternyata ampunanMu jauh lebih besar."  Kita tengok arti taubat itu adalah : "Mem

Sikap Inshaf (Adil) yang Keliru

Gambar
Biasanya jika sudah kena fitnah populeritas akan sulit dinasihati, terlagi sudah terkena syubhat "merasa pintar" & ditokohkan. Berhati-hatilah kalian dari para penggembos. Kata-katanya menawan, indah, dan halus. Tapi dia punya tujuan agar tidak ada lagi yang beramar ma'ruf nahi mungkar. Tidak ada lagi yang membantah kesesatan, penyimpangan, kebid'ahan, dan Kekufuran Dengan berdalihkan menjaga adab, sopan santun, dan ukhuwah. Dengan berdalihkan itu hanya tugasnya para Ulama. Padahal Allah Ta'ala berfirman kita kaum muslimin adalah umat terbaik, apabila memerintahkan yang Ma'ruf dan mencegah kemungkaran : كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mence

Nasihat Ringkas

Gambar
Masruq rahimahullah menuturkan, إِنَّ الْمَرْءَ لَحَقِيقٌ أَنْ تَكُونَ لَهُ مَجَالِسُ يَخْلُو فِيهَا: يَذْكُرُ فِيهَا ذُنُوبَهُ فَيَسْتَغْفِرُ مِنْهَا “Semestinya seseorang memiliki majelis yang dia menyendiri lalu mengingat dosa-dosanya dan memohon ampunan darinya.” 📚 : [ Mushonnaf Ibni Abi Syaibah no. 34870 ] Saya temukan tidak sedikit, orang yang pernah punya pengalaman belajar di lingkungan yang disebut "salafi-wahhabi", "Nahdlatul Ulama", "Muhammadiyah" maupun sejenisnya, kemudian mengalami pengalaman tidak menyenangkan di sana, entah karena komunitas yang dia ikuti terlalu kaku dalam perkara ijtihadiyyah, atau mungkin hal-hal lain, Lalu kemudian berbalik mengkritik bahkan menghujat semua hal yang dianggap berasal dari "golongan" tersebut, tanpa sikap adil dan proporsional. Salah satu contohnya, ya kasus hukum alat musik yang ramai belakangan ini. Atau, awalnya mungkin mendapatkan informasi bahwa asatidz yang terafiliasi itu selalu benar. L