Sabar Dalam Menasehati


Daus adalah nama sebuah kabilah besar yang saat ini menetap di pegunungan tinggi 40 km barat laut kota Al Bahah, Arab Saudi. 

Sebelum bendungan Ma'rib hancur, kabilah Daus mendiami wilayah Ma'rib di Yaman.

Kabilah Daus terkenal dengan keahlian berperangnya dengan menggunakan alat manjaniq dan dabbabah. 

Manjaniq adalah alat pelontar jarak jauh, sementara dabbabah semacam kendaraan pelindung yang terbuat dari kayu.

Di tahun ke- 7 kenabian, sebelum hijrah, seorang tokoh Daus bernama Thufail bin Amr masuk Islam. 

Pulang ke negerinya, Thufail mengajak masyarakat Daus untuk masuk Islam, namun ditolak. Hanya beberapa orang, itupun keluarganya sendiri, yang ikut masuk Islam.

Thufail bersama beberapa orang yang sudah masuk Islam kemudian menemui Rasulullah ﷺ dan melaporkan, 

"Wahai Rasulullah, orang-orang Daus menolak dan membangkang. Berdoalah kepada Allah untuk menimpakan kejelekan buat mereka!".

Ketika sebagian orang menyangka bahwa Daus akan hancur karena didoakan kejelekan oleh Rasulullah ﷺ, beliau justru berdoa :

اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا، وَأْتِ بِهِمْ

"Ya Allah, berikanlah hidayah untuk Daus. Datangkanlah mereka kemari" 

📚 : [ HR Bukhari 2779, Muslim 2524 ]

Beliau tidak pernah menyerah. Beliau tidak mengenal lelah. Kita diajarkan untuk selalu optimis dan merawat harapan. 

Menghadapi orang yang membenci, memperlakukan orang yang memusuhi, adalah dengan memupuk asa : mudah-mudahan suatu saat nanti ia berubah menjadi baik.

Benar. Masyarakat Daus pun masuk Islam. Tahun ke 7 hijriah, mereka ke Madinah menyatakan Islam, termasuk sahabat Abu Hurairah.

Itulah yang dipilih oleh Rasulullah ﷺ ketika diusir, diejek, dihina, bahkan dilempari batu oleh penduduk Thaif.

Malaikat gunung datang menawarkan bantuan, "Wahai Muhammad, keputusannya sesuai kehendakmu. Jika engkau mau, akan aku lemparkan dua gunung Al Akhsyabain ini ke mereka".

Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Justru saya sangat berharap, suatu saat nanti Allah Ta’ala mengeluarkan dari anak cucu mereka orang-orang yang beribadah kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan- Nya dengan apapun" 

📚 : [ HR Bukhari 3059, Muslim 1795 ]

Iya, hari ini dia membenci, mudah-mudahan suatu saat nanti mencintai. Sekarang ia menentang, berharaplah esok hari ia mendukung dengan senang.

Mungkin hari ini ia menolak, tapi siapa tahu ada anaknya yang menerima kelak. Kalau bukan anaknya, mungkin cucunya, mungkin keponakannya, atau siapa dari keluarganya.

Bersabarlah seperti Rasulullah ﷺ.

Kaum Quraisy datang menantang, "Mintalah kepada Tuhanmu agar mengubah bukit Shafa menjadi emas! Kami akan beriman kepadamu!".

"Benarkah kalian akan beriman (jika demikian) ?", tanya Nabi Muhammad. Mereka menjawab : "Iya".

Nabi Muhammad ﷺ pun berdoa. Lalu Jibril turun menyampaikan salam dari Allah dan firman- Nya :

"Jika engkau mau, besok bukit Shafa menjadi emas. Namun setelah itu, siapapun dari mereka yang tetap kafir, akan Aku siksa dengan siksa yang tidak pernah Aku siksa siapapun di alam semesta ini. Atau kalau engkau mau, Aku akan buka selalu pintu taubat dan rahmat untuk mereka "

Nabi Muhammad berkata :

بَلْ بَابُ التَّوْبَةِ وَالرَّحْمَةِ

"Aku lebih memilih pintu taubat dan rahmat "

Kalau bukan Rasulullah ﷺ, mungkin pilihannya yang pertama, yaitu bukit Shafa yang batu-batu itu menjadi emas sungguhan. Kemudian? 

Kemudian yang beriman, tentulah beriman. Karena, mengubah batu menjadi emas tidak mungkin dilakukan kecuali oleh Allah Ta'ala. Tidak mungkin manusia!

Maka, yang tetap kafir dan tidak mau masuk Islam, dihancurkan dan dibinasakan saja. Tersisalah orang-orang yang beriman. Selesai!

Namun, Rasulullah ﷺ mengajarkan kesabaran untuk kita. Walaupun hanya satu orang, harapan agar dia diberi hidayah jangan sampai putus.

Oleh sebab itu, beliau mengatakan, "Aku lebih memilih pintu taubat dan rahmat".

Seorang pengajar, seorang pendakwah, dan siapapun yang mengharapkan kebaikan, marilah kita terus bersabar seperti sabarnya Rasulullah ﷺ.Tidak ada ruginya sedikitpun orang yang bersabar itu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dikutip dalam kitab 📚 : [ Risalah Ubudiyah wa Tauhid, halaman 85, cetakan 2014 ] mengatakan :

"Sebagian salaf berkata : Barangsiapa yang menyembah Allah dengan rasa Cinta (Hubb) saja maka ia Zindiq. Dan, apabila ia menyembah Allah hanya dengan rasa Harap (Raja') maka ia adalah Murji'ah, dan barangsiapa yang menyembahnya hanya dengan perasaan Takut (Khauf) saja maka ia adalah Hurury"

Beliau rahimahullah kemudian melanjutkan,

"Maka, mukmin Muwahhid itu ialah ia yang beribadah dan menyembahnya berlandaskan rasa Hubb, Khauf dan Raja"

✍🏻 : Karawang, 27 Juni 2024
🏷️ Saluran WhatsApp : Klik Disini
📱Grup WA : Klik Disini
📪 Telegram : Klik Disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syaikh Abdullah Al-Bukhari; Parenting Muslim

Berhenti Belajar Agama Sebab Bekerja ?

MANHAJ KOKOH