Dilema Kebenaran


Mau salafi, wahabi, , batiniyah, asy'ariy, hanabilah kalau sudah terjebak ashobiyyah itu berat artinya dia menutup diri dari kebenaran.

Karena Saya temukan tidak sedikit, orang yang pernah punya pengalaman belajar di lingkungan yang disebut "salafi-wahhabi", "Nahdlatul Ulama", "Muhammadiyah" maupun sejenisnya, kemudian mengalami pengalaman tidak menyenangkan di sana, entah karena komunitas yang dia ikuti terlalu kaku dalam perkara ijtihadiyyah, atau mungkin hal-hal lain,

Lalu kemudian berbalik mengkritik bahkan menghujat semua hal yang dianggap berasal dari "golongan" tersebut, tanpa sikap adil dan proporsional.

Maka hal demikian bisa menjadi bencana ditengah Umat Muslim

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rohimahulloh berkata:

‏البلاء كل البلاء من الجاهل جهلا مركبا الذي يجادلك بغير علم، ويتكلم بين العامة بغير علم، ويتكلم مع العلماء بالمجادلة بغير علم.

“Puncak dari semua bencana adalah seseorang yang bodoh namun merasa pintar, yang mendebat dirimu tanpa ilmu, berani bicara di tengah-tengah orang banyak tanpa ilmu, dan berbicara dengan para ulama dengan cara mendebat tanpa ilmu.”

📖 : [ Syarh Al-Kafiyah, (1/182) ]

Tapi tetap, ia berkewajiban belajar "apa yang ia yakini dan percaya" selama punya landasan dan guru, terlebih masih jalur syariat jadi tidak mengapa ada perbedaan dalam hal demikian.

Terkadang Allah menjerumuskan seseorang dalam kesalahan, agar para pengikut fanatiknya menyadari bahwa tokoh idolanya masih seorang manusia yg tidak maksum, yg tidak sepatutnya dibela atas kesalahannya.

Berbuat salah itu hal yang Allah tetapkan untuk manusia, tujuannya agar manusia belajar dari kesalahannya, agar tidak angkuh bahwa dirinya tidaklah sempurna.

Buku dibawah ini pun, jika dibaca oleh Hanabilah Judud maupun Neo-Murjiah tidak akan sampai hakikat kebenarannya.

Begitupula Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pun berkata :

تركت رضى الناس حتى قدرت أن أتكلم بالحق.

"Aku tinggalkan ridha manusia, hingga aku mampu untuk berbicara menyampaikan kebenaran/Al Haq."

📚 : [ Siyar A’lam an-Nubala', 11/34 ]

Dan orang orang bicara dengan kebatilan, seperti penyimpangan, kesyirikan, kekufuran itu adalah "SETAN YANG BERBICARA" 

Jadi jelaslah sudah.

Bahwa penyeru kesesatan dan Kekufuran adalah Setan yg berbicara.

Sementara para penggembos itu Setan Bisu.

Jangan berhenti meminta hidayah kepada Allah agar tetap istiqomahkan hati kita diatas kebenaran yang HAQ.

Karena HIDAYAH ALLAH ITU ISTIMEWA,

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata,

وقد يكون الرجل من أذكياء الناس، واحدهم نظر، ويعميه الله عن أظهر الأشاء، وقد يكون من أيد الناس وأمغفهم نظرا، ويهديه لمااختلف فيه من الحق ياذنه

Terkadang, ada orang yang tergolong manusia paling cerdas namun Allah membutakannya dari perkara-perkara yang sangat jelas. Dan terkadang, ada orang yang tergolong manusia paling bodoh dan paling lemah dalam berpikir namun Allah memberinya petunjuk terhadap perkara kebenaran yang di-perselisih-kan di dalamnya, dg izin-Nya.

     Beliau رحمه الله juga berkata,

أوتواذكاء وماأوتوا زكاء، وأعطوا فهو ماوماأعطوا علوماو أعطو اسمعا وأبصارا وأفئدة فماأغنى عنهم سمعهم ولا أبصارهم ولا أفعدتهم من شيء إذ كانوا يجحدون بآيات الله وحاق بهم ماكانوابه يستهزؤون.

Mereka itu diberi kecerdasan namun tidak di karuniai kesucian. Mereka diberi pemahaman tapi tidak di Anugrahi Ilmu. Mereka diberi pendengaran, penglihatan dan hati, namun tidak berguna pendengaran, penglihatan dan hati mereka sedikitpun saat mereka menolak Ayat-Ayat Allah dan tetap bagi mereka apa yang mereka per-olok-kan.

📚 : [ Dar'ut Ta'arudh Al-'Aql wan Naqli jilid 9 halaman 34 ]

✍🏻 : Karawang, 29 July 2024
🏷️ Saluran WhatsApp : Klik Disini
📱Grup WA : Klik Disini
📪 Telegram : Klik Disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syaikh Abdullah Al-Bukhari; Parenting Muslim

Berhenti Belajar Agama Sebab Bekerja ?

MANHAJ KOKOH