Ketika Maaf Membasuh Trauma


Ketika Maaf Membasuh Trauma

Tidak ada manusia yang luput dari salah. Walau tinggi ilmunya, meski tua usianya, tetap saja bisa salah. Jangan merasa tidak pernah berbuat salah.

Berbuat salah ada 2 konsekuensinya; bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada yang disalahi. 

Bertaubat kepada Allah supaya kesalahannya diampuni, sementara meminta maaf kepada yang disalahi akan membasuh trauma di hati.

Nabi Muhammad ﷺ ma'shum. Artinya beliau terjaga dari kesalahan. Hal itu adalah kekhususan untuk Beliau ﷺ.

Walau demikian, Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk kita agar siap meminta maaf dan terbuka lapang dada jika ada yang menuntut keadilan.

Meriwayatkan tentang Usaid bin Hudhair yang sedang berbicara dan bercanda dengan sejumlah sahabat.

Nabi Muhammad ﷺ ikut bercanda bersama sahabat-sahabatnya, bahkan menekan pinggang Usaid menggunakan tongkat.

Usaid berkata, "Beri kesempatan aku untuk membalas"

Nabi Muhammad dengan senang hati menjawab :

اصطبرْ

"Silahkan dibalas"

Usaid beralasan, "Anda menggunakan baju, padahal saya tidak".

Nabi Muhammad ﷺ mengangkat bajunya, lalu pinggang Beliau dipeluk dan dicium oleh Usaid. Berharap berkah.

"Sungguh, sebenarnya ini yang saya maukan", kata Usaid.

📚 : [ H. RAbu Dawud (5224) dan sanad hadist ini Shahih ]

Kejadian serupa pernah dialami oleh Sawad bin Ghaziyyah. Saat itu Nabi Muhammad ﷺ sedang merapikan barisan pasukan dalam perang Badar.

Sawad yang posisinya keluar dari barisan lebih ke depan, perutnya ditekan menggunakan anak panah oleh Rasulullah ﷺ, sambil bersabda:

استوِ يا سواد

"Luruskan, wahai Sawad!"

Sawad mengatakan, "Wahai Rasulullah, Anda sudah menyakiti saya. Padahal Allah mengutus Anda membawa kebenaran dan keadilan. Beri kesempatan saya untuk membalas"

Rasulullah ﷺ pun mempersilahkan Sawad untuk membalas. Bukannya membalas, Sawad justru memeluk dan mencium perut Rasulullah ﷺ. 

📚 : [ Hadis dihasankan dalam As Sahihah nomor 2835 ]

Subhanallah. Akhlak mulia yang luar biasa. 

Nah, dalam pola asuh dan sistem mendidik, bisa saja orang tua melakukan kesalahan terhadap anak.

Niatnya tentu bagus, maunya untuk kebaikan anak, dan orang tua pasti punya alasan. Namun, cobalah memahami anak yang belum bisa berpikir seperti orang dewasa.

Jika ada kesalahan, apa beratnya untuk meminta maaf. Bila tidak segera meminta maaf, di hati anak muncul luka. Di benaknya ada trauma. Bahkan, anak bisa salah menilai orang tua.

Anak-anak kita mesti sering diberi pemahaman tentang realita kehidupan yang pasti akan dihadapi. 

Dunia tidak sesempit ruang keluarga. Dunia tak sesederhana pesantren. Ibarat hutan, kehidupan dunia sangatlah liar dan buas. Sampai-sampai di beberapa tempat, hukum rimba disebut sebagai aturannya.

Contohnya, bisa kita sebutkan, ketidakjujuran. Alhamdulillah, secara hukum agama, anak-anak kita telah mengerti wajibnya bersikap jujur. Tidak boleh menipu. Jangan berbohong. Dilarang khianat.

Namun, realita kehidupan tentu berbeda. Nah, banyak prinsip kebaikan yang bisa diajarkan dan ditanamkan kepada anak-anak. Supaya mereka siap mental dan sikap jika suatu masa dihadapkan pada ketidakjujuran.

Langkah pertama,
Mulai dari diri sendiri yang harus bersikap jujur. Sebab, apa yang didapat sesuai dengan yang diperbuat. Jangan berkhianat agar tidak dikhianati.

Kedua,
Berdoa kepada Allah Ta'ala agar diberi dan didekatkan dengan orang-orang yang jujur. Memohon kepada- Nya supaya dijauhkan dari orang-orang yang bersifat khianat. Ini langkah yang tak boleh terlewatkan.

Ketiga,
Pilih-pilih dan selektif ketat dalam berteman. Bukannya menutup diri atau merasa suci, akan tetapi memilih teman adalah hak setiap orang. Apalagi, Islam memerintahkan untuk selektif berteman.

Tak kalah penting adalah belajarlah dari pengalaman. Jangan melakukan kesalahan yang sama. Setiap orang bisa salah. Setiap orang mungkin gagal. Tapi, upayakan jangan terulang.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat dan dapat diamalkan sesuai kemampuan,

Barakallahu fiikum.

✍🏻 : Karawang, 19 July 2024
🏷️ Saluran WhatsApp : Klik Disini
📱Grup WA : Klik Disini
📪 Telegram : Klik Disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syaikh Abdullah Al-Bukhari; Parenting Muslim

Berhenti Belajar Agama Sebab Bekerja ?

MANHAJ KOKOH